Sebutir telor di etalase toko kelontong

Lalu lalang pembeli tak berani menyentuhnya, mendekat ke pinggir pintu saja enggan.
sedang sang pemilik, memandang jenuh kepada kulitnya yang coklat.

Kemudian, datang waktunya dia untuk turun dari singgasana.
untuk yang lain, memanglah harus pergi.Tetapi tidak untuk dia.

Sebutir telur bersemanyam dalam etalase.
tak lagi indah, tak ada yang menarik.

Sebutir telur tetaplah di tempatnya.
membusuk, tak jua pecah.

Sebutir telur yang telah retak,
Tak ada yang sanggup disalahkan atas sakitnya.

Tahun berlalu, tibalah engkau memperingati kala itu...

Komentar

ikka anna mengatakan…
Memperingati dikala sakit dan mjadi busuk?
GroengerinE Ari mengatakan…
dan berulang kali setiap periodenya. :)