*Hapulacago

Kami datang dengan berjuta Kenangan.
Dengan Luka dan riang menjuntai.
Sembari menapaki jejak kenyataan yang ada.
Berjalan, yang sebenarnya hampir mirip berlari.

Ada gedung tua yang belum roboh.
Setidaknya dia masih berdiri di sudut jalan.
Bangunan-bangunan baru tak memberikan pilihan
Memaksa berkenalan dengan erat cengkeraman.

Kami mencarimu.
Kami bongkar seluruh gorong2x.
Tempat sampah, tumpukan kardus,
Di rongsokan besi, di barang-barang bekas.

Nihil, Kosong, tak ada
Kami mungkin kecewa.
Ada sebersit marah pula.
Kenapa tak menunggu?

Demi sebuah keyakinan,
Kami berarak menuju ujung jalan
Pedang, toya, pisau, belati
Bahkan segumpal batu disiapkan.

Menganga...
Takjub...
Heran...

Sesosok yang kami cari
Berdiri kokoh di depan mata.
Tak seperti yang terbayangkan

Maafkan kami, Harapan.
Kami kira kau sudah pergi.
Jangan marah pada kami kedamaian.
Kami kesini mencarimu.

Kemarin adalah masa lalu.
Sejarah untuk dipelajari.
Besok adalah harapan.

Sekali lagi,
Maafkan kami wahai hari esok.
Kami mencarimu di Got Kotor...

Kami sekarang lebih yakin dan percaya.
Jika suatu saat kami pergi, kemudian kembali
Tak bakal kami temui engkau disana.

Kami akan menggapaimu..

*(membuat kata istilah sendiri, yang saya sendiri sama sekali tak tahu apa itu. He..he..he..

Komentar

duniaputri mengatakan…
jiaaah, puisi yang aneh. haha... eh aku mah yah berpuisi juga tetapi sampe sekarang masih meyakini jika puisi adalah bentuk kekurangkerjaan. gitu deh...

NB : wae, gua ajah ud byk merumuskan fatwa dan teori2 tak vivid n tak valid, hehehe...

U go dude...