Mahameru 2007 (Part 4)

(PART 1)
(PART 2)
(PART 3)

Tiga manusia itu terlihat kelelahan berjalan dari bawah. Ardi menggotong carierku. Sedang Bram memanggul carier Alin seraya menggandengnya. Ahh... lumayan, carierku dibawa sampai Pos ini, kataku dalam hati.


Alin tadi kecapekan. Sehingga mereka istirahat sebentar di bawah. Sebentar apanya? Aku, Yudi, Tammy & Indi sudah habis satu cangkir teh hangat, merkea baru muncul.

Perjalanan kami lanjutkan kembali. Kali ini tak boleh jarak kami lebih dari 10 meter. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak di inginkan. Apalagi matahari sudah mulai terbenam. Aku dan Yudi ada di paling belakang. Langkahku sempoyongan mengikuti irama kaki Yudi. Anjing gunung ini masih saja seperti dulu. Langkahnya pendek, namun cepat dan mantab.

Di pinggir jalan setapak ini, terpasang papan penunjuk jarak dan nama tempat. Melewati punggungan dan semak2x yang mulai gelap, membuat Tammy semakin mempercepat langkahnya. Konon kabarnya, di areal ini masih banyak binatang2x yang muncul di sore hari untuk mencari minum di Ranu Kumbolo.

Selang beberapa menit, kami sudah menemui pemandangan indah Ranu Kumbolo di bawah kami. Airnya yang berwarna biru, pantulan dari warna langit seakan menyuruh kami untuk cepat melangkah. Kali ini kwan-kawan berjalan sembari sedikit berlari. Aku dan Yudi masih dengan irama langkah yang tetap.

Karena keasyikan aku dan Yudi yang menikmati perjalanan, tak disangka gelap cepat sekali datang. Aku dan Yudi terjebak
gelap ketika belum sampai di daerah pendirian tenda. Kawan-kawan berteriak sambil menyorotkan senter ke arah kami. Susah, namun akhirnya kami menemukan jalan untuk turun ke tenda.

Malam ini, kami memutuskan untuk beristirahat saja. Kami tak punya kayu untuk membuat api unggun. Setelah makan malam
& berbincang sejenak, Alin & Tammy tidur di Tenda tersendiri. Sedang kami para pejantan tidur berdesakan di Tenda yang lain.
Sayang jika aku melewatkan malam ini hanya tidur. Aku buka pintu Tenda. Brrr.. dingin! Aku tutup kembali. Padahal tadi di langit bintang bersinar indah. Mungkin karena kelelahan, tidur juga aku di antara bau ketiak & keringat.


Pagi ini malas sekali bangun. Jika bukan karen
a bising suara Misting yg dipukul sendok, mungkin aku masih lelap. Aku lihat keluar, Danau Ranu kumbolo Putih tertutup kabut. Aku keluar & mencoba untuk mencuci mukaku. Ketika tangan menyentuh airnya, rasanya seperti kena setrum. Langsung aku tarik lagi. Benar-benar dingin air danau ini. Pfuf...

Makanan sudah siap. Beberapa barang juga sudah masuk ke carier masing-masing. Bagh... kenapa pula perutku rasanya tak enak. Aku mencari tempat bersembunyi untuk melepaskan hasrat. Wahh... tak diduga, di ketinggian seperti ini, ternyata ada yang menyiapkan toilet. Di Ranu Kumbolo ada toiletnya. Meskipun airnya kita harus ambil sendiri dari danau, tapi lumayan. Kita tak harus Digging  untuk mel
epaskan hasrat. Di tengah aku melepaskan semua isi perut, Ardi teriak-teriak agar aku cepat. Huh... mengganggu saja anak ini. He..he..he..

Setelah berdo’a, kami melanjutkan perjalanan. Track pertama yang kami temui adalah tanjakan cinta. Tanjakan memanjang yang terllihat hampir vertikal 70 derajat. Melihatnya saja sudah terasa capek. Tp, mo lewat mana lagi? Ini satu-satunya jalan.
Akhirnya, kami semua mampu melewatinya. Tanjakan Cinta su
dah bisa kami lalui. Semoga kami pun bisa melewati “tanjakan cinta“ kami masing-masing di peradaban. (Halah...!! Lebay) Amin...

Setekah beberapa menit berjalan di pun
cak tanjakan cinta, kami menemui padang gersang di bawah. Dan ternyata pula, kami harus melewatinya. Inilah ngoro-oro ombo. Padang tandus yang di tengahnya ada jalan setapak memanjang hampir 3 km. Tanah retak, hanya ada semak rumput kecil-kecil. Panas, haus, sembari menahan berat carier berjalan beriringan.

Setelah melewati padang tandus ini, kami memasuki Blok jambangan. Hutan kecil yang pepohonannya juga mulai jar
ang. Jika di ngoro-oro ombo tadi, kami masih bisa sling memantau. Di blok jambangan ini jalannya berliku. Jadi tak bisa kami saling melihat siapa di depan, siapa yang di belakang. Dan ternyata aku ada di paling belakang. Mungkin karena langkahku yang kayak siput. Makanya, aku ada di paling belakang. Tak sadar tadi teman-teman sudah di depan semua.

Lepas dari Blok jambangan, memasuki areal kalimati. Di kalimati inilah sumber air terakhir. Ardi, Bram dan
Yudi turun untuk mengambil air. Aku dan para perempuan menunggu di atas sambil tidur-tiduran. Sesekali, aku merasakan ada hujan pasir. Hah? Sudah dekatkah dengan puncak Semeru? Aku lihat sekeliling. Iya.. benar... Puncak semeru yang mengepul seperti nasi yang baru kelar dari kukusan terlihat jelas.
Ingin rasanya aku cepat-cepat berjalan kesana. Tapi, tak semudah itu. Masih
ada beberap pos yang harus dilewati & malam ini target kami bukan puncak. Melainkan Arcapada. Camp terakhir di Semeru.

Perjalanan siang ini berburu dengan waktu. Sebab, kami di track yang menanjak & Hutan lebat. Jika tak segera sampai ke arcapada, kami tak bisa apa-apa di kegelapan semeru. Belum lagi dingin & kabut yang menutupi jarak pandang.

Tepat sebelum matahari terbenam, kami sudah mendapatkan temat di Arcapada. Dingin mulai menusuk. Tenda-tenda sudah mulai didirikan. Dapur juga sudah di siapkan. Lapar mulai menggerogoti kesabaran. Malam ini, kami makan lahap meski hanya berlaukkan telor & oseng-oseng tempe di tambah kerupuk & segelas susu coklat.
Dini hari nanti kami meneruskan perjalanan. Sebab, jik abukan dini hari, kami tak bisa ke puncak. Di atas jam 10.00 tak boleh ada kehidupan di Mahameru. Jika memaksa, kematian ada di depan mata.
Kenapa...????

(PART 5)

Komentar

zaenap danakitri mengatakan…
huuuhhh...suwe ti men leh e nunggu part 4....selanjute jo suwe2 yo le, selak uwanen!
Rein Aschenbach mengatakan…
Mahameru...
tempat abadi para dewa :)
didi ndut mengatakan…
mosok sing gak berubah Bram thok?????
GroengerinE Ari mengatakan…
Mahameru berikan damainya.
He..he..he..
Rein Aschenbach mengatakan…
hahahahaaaaa
tau juga...