Mahameru 2007 (Part 3)

Part 1 here
Part 2 here

(PART 3)
Aku mencoba menjawab penasaranku dg melirik ke arah pinggangku. hwaduhh.. ternyata tangan Tammy sud
ah bergelanyut di pinggangku. Pantas saja baunya nggak karuan. Dari tadi pagi Tammy memang belum mandi. Belum habis kagetku dg tangan Tammy, seketika itu juga rasanya seperti dilempar dari mobil. Indy menghidupkan mobil, lupa menekan pedal kopling, & perseneling masih masuk satu. Asyem...


Malam ini kami akan menuju ke Senduro-Lumajang. Sebelum kemudian meneruskan perjalanan ke Ranu Pane. Kira-kira selepas Isya' kami bersiap. Memakai mobil Pick-up, kami diantar ke senduro. Kami bertujuh duduk di belakang. Angin bertiup lumayan dingin. Sampai akhirnya kami satu-persatu mengeluarkan rain-coat untuk menahan angin yang menghantam tubuh ini. Perjalanan ke senduro tidak terasa lama. Belum juga kami terlelap di bak mobil ini, ternyata sudah sampai. Satu persatu carier kami kenakan. Kemudian si Bram bertugas mencari tempat untuk berteduh.



Sebuah Bangunan di belakang kantor polisi Sektor Senduro menjadi pilihan kami. Sebuah bangunan lapangan Bulu tangkis. Alin dan Tammy sudah mempersiapkan kompor untuk menjerang air. Bram & Ardi menyiapkan tempat untuk carier. carier ini merupakan sebagian dari nyawa kami jika di hutan. Jadi, kami memperlakukan carier ini, seperti kami menjaga diri kami sendiri. Aku, Indi, dan Yudi keluar untuk menyapa beberapa aparat yang sedang piket di kantor.

Menjelang dini hari
, kami mulai berlomba mencari tempat untuk tidur. Di dalam gedung ini ada bangku-bangku para penonton. Tidak ingin diganggu, kami tidur secara terpisah. Tammy tidur di pojok lapangan. Begitu Pula Bram, di memilih sendirian di sebelah Tammy. Sedang aku, Yudi, dan Alin satu tempat. Indy dan Ardi memilih tidur berdua, namun terpisah jaring net bulu tangkis.
Belum aku terlelap dalam tidurku, tib
a-tiba Tammy berlari ke arah kami yang tidur bertiga. langsung menghambur di antara aku dan Alin. Kurang ajar... spontan aku dan yudi yang ada di sebelah paling pinggir terdesak dan jatuh dari bangku. Tammy bilang, ketika dia tidur, ada yang menghampirinya dan menindih tubuhnya hingga tak bisa bergerak. Yah.. bisa jadi itu kuntilanak yang ikut dari Jember kemarin. Huwaa...

Pagi telah tiba. Namun, kami masih bermalas-malasan untuk bangun. Hingga seorang bapak masuk ke gedung ini dan meminta kami untuk agak ke pinggir. Sebab, hari itu adalah hari latihan bulu tangkis bagi anak-anak SD di sekitar situ. Belum sempat kami sadar 100%, sudah bergerombol anak-anak SD memandangi kami. Tak terkira bagaimana pikiran mereka melihat kami. Langsung saja Tammy & Alin menyingkirkan kompor. Ardi dan Bram yang lumayan menjadi tontonan. mereka ada di tengah lapangan bulu tangkis, di bawah jaring net. Otomatis mereka berada di fokus pandangan anak-anak tadi.

Cuek, nggak peduli.Yang mungkin ini adalah ideologi kami selama ini. Biarkan anak-anak itu berlatih bulu tangkis. Bram dan Alin mulai menjerang air untuk membuat teh hangat. Ardi dan Tammy keluar ke pasar untuk berbelanja bekal sayuran jika mungkin ada yang kurang. Aku dan Yudi memeriksa kembali seluruh peralatan. Indi bertugas mencari kendaraan yang bisa membawa kami ke ranu pane. menjelang siang, kami sudah nangkring di truck yang menuju ranu pane.

Di dalam bak truck berbarengan dengan para penduduk Ranu pane & sekitarnya. Aku, Bram, Yudi, dan Ardi duduk di atas kap Truck. leluasa melihat ke sekeliling jalan. Memasuki rimbunnya Hutan, melewati rimbunnya bambu. Sempat truck yg kami tumpangi berpapasan dengan Jeep offroad. Jalanan ini tidak cukup untuk dua kendaraan. Hingga akhirnya sang Sopir adu skill untuk benar-benar memposisikan mobil mereka masing2x di pinggir, namun tak sampai masuk ke parit.

Ranu Pane. Desa terakhir di kaki Semeru. Telaganya benar-benar menyejukkan mata. Ini baru Ranu Pane. aku langsug membayangkan Ranu Kumbolo. seperti apa ranu kumbolo, Jika Ranu Pane saja seindah ini? tak sabar aku ingin segera melanjutkan perjalanan. Namun, kawan-kawan ingin istirahat sejenak dulu di Ranu pane. Ketika matahri tepat di Ubun-ubun baru kita mulai perjalanan.

Track pertama penuh dengan debu. Kami memilih jalan terpencar untuk menghindari debu. Indi di paling depan. Disusul Tammy, jarak beberapa meter Alin.  di belakangnya ada Bram, Kemudian Ardi. Aku dan Yudi di bagian belakang. sembari mendokumentasikan perjalanan. Setelah hampir satu jam berjalan, peluh mulai meleleh di tubuh & baju sudah mulai kuyup pula.
di depan aku lihat kawan-kawan sudah berkumpul. Aku turunkan carierku dari punggung sembari meneguk air mineral. Benar-benar segar tenggorokanku. tapi, rasanya ada yg janggal.


Indi... dimana Indi. Begitu juga Tammy. Mereka berdua tak berada di Pos ini. Alin bilang, dia paling duluan sampai disni. di tengah perjalanan tadi, dia bilang menyalip Indi dan Tammy yang sedang istirahat. Padahal Aku dan yudi yg paling belakang tak melihat mereka berdua. Seingatku, Indi paling depan & Tammy di belakngnya. Hah..??

Tammy...!!!! Indi..!!! Kalian dimana?? Ardi bersama Bra
m berinisiatif untuk berlari ke bawah mencari mereka. Belum sempat Ardi berlari, Yudi sudah menghalanginya. Waktu sudah tidak memungkinkan untuk mencoba hal seperti itu. Aku dan Yudi yakin Indi dan Tammy ada di depan. Pasti mereka berdua tidak berhenti di pos ini. Mereka pasti terus saja berjalan.

Alin mulai terisak. Yudi segera mengankat cariernya kembali. Kemudian memberi komando ke aku untuk segera berlari menyusul Indi & Tammy. Busyet.. dia suruh aku lari? bisa mampus di tengah tanjakan kehabisan nafas aku. Sebelum aku melngkahkan kaki, Ardi dan Bram sudah bergemuruh berlari di depanku. aku menemani Alin. Dan Yudi sudah mulai menyusul Ardi setelah meninggalkan tenda & peralatan masak untuk aku bawa. Perlengkapan jika aku dan alin kemalaman di tengah jalan. dan dia berjani akan kembali menjemput kami.

Alin aku ajak berjalan tergesa. mungkin bisa disebut sedikit berlari. Aku paksa dia, agar kami tidak kemalaman di tengah jalan. Dia suruh aku untuk berlari saja menyusul kwan-kawan yang lain. Itu namanya sama saja aku membunuhnya di tengah hutan. Apapun yg terjadi, aku tetap bersama Alin. Meskipun dia berlari sambil berurai airmata, masih saja aku paksa untuk lebih cepat melangkah.

Aku mendengar gemuruh dari arah depan. Mungkinkah Semeru meletus? Alin aku seret untuk lebih cepat mencari daerah yang tidak rimbun, untuk lebih bisa melihat ke atas. Gemuruh itu semakin terdengar jelas. dan samar kulihat debu berterbangan dari arah depan. Sebentar kemudian Bram dan Ardi sudah berada di depan kami terengah-engah. Tammy dan Indi sudah di temukan. sekarang mereka di Pos berikutnya. Indi sedang di hajar sama Yudi. Bram dan Ardi tidak bisa menghentikan kemarahan Yudi. Aku lepas carierku aku titipkan ke Bram, dan kemudian aku berlari ke atas.

Benar, mereka berdua sedang adu mulut. Dengan posisi siap-siap berlari dan mengejar. Sedang Tammy cuma menunduk seperti menahan tangis sembari membuat minuman kiranya. Melihat kejadian itu aku hanya terbahak. Layaknya anak kecil saja mereka bertengkar. Tak ada gunanya Yudi marah. Namun Indi pula,  jangan sampai terulang lagi kejadian seperti ini. Kami berempat kemudian menikmati minuman buatan Tammy.

Sekarang gantian kami Khawatir dengan Alin, Bram, dan Ardi. tak kunjung muncul juga mereka.
BRAM....
ALIN....
ARDI...!!!!

PArt 4

Komentar

bune yasmin mengatakan…
Waaaaaaaaah.... ke mana mereka gerangan?? *ikut panik*
GroengerinE Ari mengatakan…
tunggu aja di Part 4
zaenap danakitri mengatakan…
kira2 sampe part berapa ya? isoh bikin buku nih...kayak 'ganti hati'ne pakdhe dahlan
GroengerinE Ari mengatakan…
Ha..ha.ha..ha..
pokok ngasi iso tuku spare "part" Mercy.
Mercy sing ng perut opo mercy sing ng garasi.