Mahameru 2007

setalah ngintip review riska di 5cm-nya, jadi png nulis cerita semeru juga. cuma sekedar catatan perjalanan manusia2x aneh yang pingin men-simbolkan impiannya, meraih sendiri kebebasannya. (Part 1) Jika ada pilihan, aku ingin waktu bergulir cepat. biar aku segera lupa dengan kenangan yang ada. Dan segera menemui kehidupan yang baru. supaya aku tak bertanya-tanya lagi apa yang akan terjadi di esok hari, di malam nanti, atau di 1 jam ke depan. Hidup memang misteri. Namun, terkadang aku lelah jika harus menebak yang akan terjadi. sampai saat ini, aku hanya menjalani. sambil selalu membuat Pikiran & hatiku membangun sebuah harapan. Dan ini pula yang terbaik. Aku selalu merindu dinginnya dataran tinggi. Selalu membayangkan duduk sendiri di tangah Hutan. Melihat Kota dari puncak Gunung. ketika ada orang yang bertanya, kenapa aku sangat suka sekali dengan gunung, aku tak bisa menjawab. Sebab, banyak sekali jawaban yang mungkin bila aku ungkapkan, tak cukup sehari semalam untuk menjelaskannya. Beberapa teman, mengadakan ekspedisi rally 3 gunung di jawa timur beberapa tahun lalu. arjuno, welirang & semeru. Ada keinginanku untuk ikut. Namun, keinginanku terbentur dengan kenyataan kala itu. Aku tak bisa menemani mereka. Aku bukan siapa-siapa, dan bukan apa-apa. Ada kabar Semeru tak dapat mereka kunjungi. Kala itu Semeru sedang siaga. Akhirnya, mereka berpindah haluan ke Bromo. Salah seorang dari mereka tak bisa terima situasi semacam ini. Namun, mau apalagi? Alam tak bisa di tebak. Alam tak bisa di taklukkan. Alam hanya bisa disiasati. Yudi, sahabatku salah seorang dari "Three Mustkentheer" yang kala itu berkesempatan bercinta dengan Puncak Arjuno & Welirang, masih menyimpan cita-citanya ke semeru. Dia mengirim kabar kepadaku di pertengahan tahun 2007. Menyuruhku untuk bersiap jika bulan September tiba. Memintaku untuk bersiap bertandang ke Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini. Dia bener-bener getol untuk bisa naik gunung ini. Padahal sekelas Rinjani yang notabene lebih tinggi dari semeru sudah pernah dia kunjungi. Bahkan Lampobatang, Bawakaraeng, dan Latimojong (Sulawesi) sudah dia datangi. Aku terlalu 'tersibukkan' sendiri dengan rutinitas pekerjaan. Hingga tak pernah sempat aku melatih kakiku untuk berjalan jauh. Tapi entah karena apa, niat itu benar-benar menganga di dalam hati. Aku harus berangkat ke semeru. Hari keberangkatan tiba. Dari tempatku bekerja aku langsung mendatangi tempat kami berkumpul. Teman-teman bilang, Carier sudah dipersiapkan. Bahkan segala perlengkapanku sudah siap. Sesampainya di tempat itu, melihat bentuk carier yang akan aku bawa, rasanya sudah tak sanggup. Padahal jaman ketika aku masih sering naik gunung dahulu, carier menjulang ke atas setinggi "menhir" obelix saja, mampu aku panggul sembari berjalan-jalan santai di ketinggian Sindoro, Merapi, merbabu, lawu dll.
Ada 6 carier yang tertata rapi di ruang depan. Bram, Ardi, Alin, & Yudi sedang duduk di teras depan. Ada 6 carier, tapi kita hanya berlima. Apakah akan ada satu orang membawa 2 carier? Tak mungkinlah sekelas Semeru membawa 2 carier. Aku sudah mulai membayangkan Ranu Pane, Ranu Kumbolo, Arcapada seperti cerita orang-orang yang sudah pergi kesana. Seperti yang aku sering baca di buku-buku. Tentang monumen kenangan para pendaki yg mati di Jembatan Kelik, tentang Puisi sanento yuliman kepada Soe Hok Gie yg terukir di puncak semeru. Ketika aku sedang melamunkan itu, tak sadar seorang perempuan mendekati kami. Perempuan yang cukup aku kenal dari bentuk lekuk tubuhnya. Tammy, dia sudah mengenakan pakaian siap berangkat ekspedisi. Hah... berarti satu lagi carier ini akan menghiasi punggung Tammy? Kenapa tak ada yg bilang jika Tammy ikut...??? *(to be continued...)

Komentar