Kok Nikah? takut dibilang gak Normal?

Salah satu kawan naik gunung saya, kemarin mengantarkan undangan pernikahannya. Ketika itu, temen2x naik gunung yang lain juga pas ngumpul di tempat saya. (Aje gile… udah berani nikah dia. Busyat dah!!! Itu yg terpikir di otak saya).
“Perempuan “khilaf” mana yang mau sama kamu?” Tanyaku. Dan ternyata, Perempuan yang dia boncengkan itulah calon Istrinya. Heikh… jadi rada gimana gitu degh. Tapi, dasar saya, ya semakin menjadi lah “pace’an saya ke dia. Istrinya-pun tak luput dari ‘kumbah’an  seluruh kawan2x.
Setelah dia pulang, kita yang masih tertinggal, ganti saling mengolok. ‘ndilalah’ kita juga pada jomblo semua. Hingga tiba pada satu pertanyaan yang sampai sekarang masih saya cari kebenaran jawabannya.
“Kenapa Harus Nikah? jika pengadilan masih sering mengadakan sidang cerai.” Tanyaku. Ada yang menjawab, “untuk mendapat keturunan.”
“Cari aja bayi tabung. atau cari wanita, trus titip benih. Beres….” Aku menyanggah.
“Biar kita dapat ketenangan dalam Hidup, ada yang mendengarkan segala keluh kesah. Ada pula yg menjawab seperti itu.
“Apakah harus nikah? Apa kamu sudah tak punya teman? Kalo’ memang kau rasa tak punya, sekarang lebih baik kamu pergi dari tempatku! Jika dengan menikah kamu berharap dapat ketenangan, dengan kata lain, mati sajalah sekarang. Ketenangan ada dalam diri sendiri.” Saya menimpali lagi
Semakin bingung kawan2x berpikir tentang pertanyaan saya tadi. Ada yang mencoba menjawab kembali, (kayaknya yang ini mentok dehh…)
“ Biar dapat kepuasan Jasmani dan Rohani.” katanya.
 “Jika itu yang kamu maksud Sex, beli sajalah di prostitusi”. Pendapatku.
“itu kan Dosa, lagipula membuang uang”.
“Wahhh.. kamu terlalu Agamis, coba berbicara secara logika sajalah. Jika Berbicara ttg Tuhan, ngapain orang Nikah harus ada di Catatan Sipil? Sekedar Legalitas-kah? Bagaimana jika Elton John itu menikah di Indonesia? Lagipula kalo’ untuk sekedar “jajan” saja kau bilang “membuang uang”. (indikasi tak punya uang kali ya?) bagaimana nanti nasib anak istrimu. Mau makan Batu?” kataku.
Tegang…
Marah…
Beberapa kayaknya agak mulai membenciku…
Aku pikir, tak ada satupun dari kami yang ‘sampai sekarang’, siap untuk menikah seperti kawan saya yang pertama tadi.
“Jika menurutmu, KENAPA HARUS NIKAH?” tanya salah satu dari mereka.
“Untuk menghargai & menikmati mahakarya Tuhan yang paling indah, yang dinamakan wanita.” Jawabku. (yang sampai sekarang masih juga saya cari kebenaran jawaban tersebut).
“Berarti, beli di Lokalisasi juga menikmati kan? Kenapa harus Nikah?” berbalik Jawaban saya menjadi petanyaan.
“Dia yang ‘jajan’ itu Percaya Tuhan tidak? Jika percaya & taat, gak bakal dia kayak gitu.” Enteng saya jawab.
Dalam hati, saya bilang; mungkin tak satupun dari kami disini yang sudah siap nikah dalam waktu dekat ini (selain karena Jomblo). Dan… dalam waktu dekat  ini pula, saya tak usah mengeluarkan banyak-banyak uang untuk angpao kawan-kawan ini. Hi..hi..hi…

Komentar

rweena Osaka Osaka mengatakan…
eiits....takut nikah jangan karena phobia lho yaaa, alias takut sama komitmen..konon katanya laki-laki paling phobia sama kata-kata ini (aku juga belum tahu kebenarannya, belom pernah neliti seh) hhihihihihih
bune yasmin mengatakan…
ini aja alasannya: daripada nggak nikah... he he....
GroengerinE Ari mengatakan…
Nah..itu!
yang perlu dipertanyakan, ini laki2x apa bukan.
Waaa....
GroengerinE Ari mengatakan…
gimana mau "daripada?"
orang lawan "mainnya" aja, sampai sekarang gak punya.
Hiks..
andika adhikrisna mengatakan…
walah grung... kasian tuh "itu"nya diecer-ecer di kamar mandi terus.. cari partner yang sah dong.. jawabannya biar gak bingung cari dukun aborsi :D
GroengerinE Ari mengatakan…
dapat 1 lagi pengikut "jomblo".
ayo.. ada lagi yang lain???