Menatap Langit

Pengharapan pada Bidadari itu, mungkin tinggal mimpi. Mengapa awan dan mendung begitu sempurna, hingga hujan yang turun begitu menusuk hati. Terkadang ada hari dimana langit dirindukan. Namun, ketika langit memberi rupa, hujan itupun datang kembali. Menyayat, karena kisah yang terpancar dar awan –awan hitam. Bias langit yang bersih, kenapa hanya bercerita tentang kisahmu. Tidak kah kau tahu permintaan hatiku. Tidurkan mata ini dalam pelukanmu. Elus kepala ini dengan tangn lembutmu. Dan kemudian bawa aku ke batas dimensi ruang dan waktu, dimana segala pinta terpenuhi. Namun, hujan masih menghias hari. Dan guntur menyambar nurani. Angkuh hati membentur maksud hakiki.
Dan harapan terasa bernilai dalam ketidak - berdayaan.
( Magetan, 12 April 2000 )

Komentar