HABITAT

Terbangun di Rimba Belantara. Hukum tidak berlaku. Siapa dapat bicara, dia dapat hidup. Tidak ada aturan otentik. Rimba ini jauh dari tanah kelahiran. Sendiri, mandiri, dan harus berusaha hidup. Hidup bermacam tumbuhan. Banyak bunga mengintai di balik semak. Hampir semua menawarkan semerbak harum. Muncul pertanyaan, apakah hati seharum baunya? Kera berkelompok dengan kera. Gajah dengan gajah. Hanya kadang kera berkumpul dengan gajah, bersatu. Untuk mendapat satu tujuan. Hanya sebatas kerjasama. Lain tidak. Kera berupaya mencabuti kutu dari bulunya. Tersingkir, tersisih. Tak ada bunga dapat mengharumi tubuhnya. Teramat bodoh sang kera yang menyendiri. Tak peduli pada pohon yang tumbang, tanah yang longsor, dan hujan yang memporak porandakan sarang semut. Tak sadar apabila di seberang sungai ada bunga yang menanti dipetik. Tololnya sang kera menimbun hati dengan salju. Menutup hasrat bercumbu. Senantiasa mengharap bidadari. Bidadari yang telah mencipta bola salju di hatinya. Bidadari yang pernah memeluk erat tubuhnya. Pelukan semu bidadari menjadi obsesi. Tak ada yang abadi. Semua perubahan harus di ikuti. Sinar matahari senantiasa menyilaukan mata di pagi hari. Ketika tubuh berjalan ke timur dengan langkah tegap. Mendekati sifat congkak dan sombong.

Komentar